Senin, 20 Agustus 2007

Sultan HB X: TNCs Media Ubah Budaya Lokal Jadi Hiburan Lokal

Yogyakarta (ANTARA News) - Sultan Hamengkubuwono (HB) X mengatakan, perusahaan media transnasional atau Transnational Corporations (TNCs) telah menambang kebudayaan lokal di seluruh dunia dan mengemasnya kembali menjadi komoditas budaya dan hiburan global.

"Dominasi barat kini kian terasa dan begitu mencengkeram, tidak hanya dalam bidang ekonomi, melainkan juga dalam bidang budaya," katanya saat memberikan kuliah umum berjudul "Merajut Serat-Serat Budaya Sebagai Perekat Keindonesiaan" di hadapan mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) di Balairung UGM Yogyakarta, Senin.

Nilai-nilai dan gaya hidup yang baru mudah sekali merembes masuk ke Indonesia melalui perdagangan dan ekonomi, terutama sebagai dampak dari globalisasi media.

Kehidupan global telah melenyapkan tapal batas, sehingga lalu lintas barang, informasi dan manusia begitu cepat terjadi. Bisnis, hiburan, informasi, manusia, dan budaya yang semuanya bersifat global menjadi keniscayaan di tengah arus globalisasi.

"Aktor utamanya tidak lain adalah kapitalisme global yang bermain di balik kedigdayaan perusahaan transnasional," katanya.

Mereka yang mengonstruksi kebutuhan, mendiktekan selera gaya hidup, menentukan desain kebudayaan global yang cenderung serba homogen, dan seringkali ditiru secara membabi-buta oleh masyarakat di negara dunia ketiga.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu mengatakan, kapitalisme global telah mengembangbiakkan ideologi materialisme yang menjadikan kriteria kehidupan berdasarkan pada kebendaan dan kepemilikan, bukan pada kekayaan rohani dan kesederhanaan.

"Produser budaya dan gaya hidup global pengemas industri hiburan, seperti MTV dan `Hollywood`, atau perekayasa mode Paris kini menjadi penentu selera bagi kebanyakan orang kaya dan anak muda," katanya.

Menurut dia, gaya penampilan dan pergaulan anak muda Yogyakarta tidak jauh berbeda dengan anak muda di China, Hongkong, Singapura, dan Jepang, apalagi jika dilihat dari berbagai acara pentas musik rock atau kegiatan di mal-mal dan kampus yang serba homogen.

"Homogenisasi dalam dunia pendidikan bisa memasung kreativitas, dan homogenisasi budaya bisa mengamcam kebhinekaan budaya sebagai ruhnya keindonesiaan," katanya.

Sebelum acara kuliah umum tersebut, Rektor UGM, Prof Sudjarwadi, menerima secara resmi sebanyak 8.989 mahasiswa baru UGM tahun akademik 2007/2008. (*)

Copyright © 2007 ANTARA

Tidak ada komentar: